Selasa, 04 Juni 2013

Analisis Pengaruh Luas Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

ABSTRAKSI
FAIZAH.22209444
Analisis Pengaruh Luas Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
PI. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2012
Kata Kunci : Pengungkapan laporan keuangan, leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi saham publik, umur perusahaan, ukuran perusahaan.
(x + 46 + lampiran)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh debt to equity ratio, current asset ratio, return on asset dan return on equity terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Penelitian ini menggunakan 30 perusahaan jasa yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah multiple-linear regression analysis dan uji asumsi klasik.
Yang merupakan variabel independen adalah leverage (debt to equity), likuiditas (current asset ratio), profitabilitas (ROA) dan (ROE) yang diduga berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa variabel leverage, likuiditas, profitabilitas porsi saham publik, umur perusahaan dan ukuran perusahaan secara simultan maupun parsial tidak signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

PENDAHULUAN
Berubahnya kondisi lingkungan ekonomi banyak berpengaruh pada dunia usaha. Untuk dapat bersaing, perusahaan dihadapkan pada kondisi untuk dapat lebih transparan dalam mengungkapkan informasi perusahaannya, sehingga akan lebih membantu para pengambil keputusan dalam mengantisipasi kondisi yang semakin berubah. 
          Memasuki era globalisasi, informasi keuangan perusahaan yang berkualitas, yang disajikan tepat waktu akan memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang membutuhkan informasi keuangan yaitu pihak intern dan ekstern perusahaan. Pihak ekstern perusahaan antara lain terdiri atas investor, kreditur, pemerintah, serikat pekerja dan masyarakat tertentu. Dalam hubungannya dengan penyajian informasi keuangan untuk pihak ekstern perusahaan, profesi akuntansi mengatur cara-cara penyajian informasi keuangan suatu perusahaan dan memberi jasa audit untuk menentukan kewajaran laporan keuangan yang disusun oleh manajemen.
            Informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan banyak memberikan manfaat bagi pengguna apabila laporan tersebut dianalisis lebih lanjut sebelum dimanfaatkan sebagai alat bantu pembuatan keputusan. Dari laporan keuangan dapat diperoleh informasi tentang kinerja (performance), aliran kas perusahaan dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan. Oleh karena itu laporan keuangan sangat diperlukan untuk memahami informasi keuangan.
            Kualitas informasi itu sendiri sangat dipengaruhi oleh akurasi dan kelengkapan yang antara lain informasi tersebut harus bersifat transparan dalam mengungkapkan fakta, sehingga konsumen informasi keuangan dapat memahami dan menggunakannya untuk membuat keputusan yang lengkap. Agar dapat dipahami oleh konsumen, laporan keuangan sebagai informasi keuangan suatu perusahaan harus dilengkapi dengan pengungkapan yang memadai.
                Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan jendela informasi bagi pihak-pihak diluar manajemen perusahaan. Kelengkapan informasi yang diperoleh tergantung pada tingkat kelengkapan pengungkapan (disclosure) dari laporan keuangan yang bersangkutan.

TINJAUAN PUSTAKA
Weygandt dan Kieso (2005) mendefinisikan laporan keuangan sebagai berikut : “Laporan keuangan merupakan sarana utama dimana informasi keuangan dikomunikasikan dengan pihak luar perusahaan, laporan ini memberikan sejarah kuantitatif perusahaan dalam satuan uang” Pengertian laporan keuangan menurut pendapat Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2004 : 2002) :
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.
Tujuan utama laporan keuangan menurut Warren, Reeve, Fess (2005 : 4) “Untuk menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan didalam pengambilan keputusan ekonomi.”
Pengungkapan terhadap laporan keuangan menjadi faktor yang signifikan dalam pencapaian efisiensi dan sarana dalam akuntabilitas publik. Kata pengungkapan (disclosure) berarti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Informasi yang diungkap dalam laporan keuangan harus jelas, berguna dan tidak membingungkan pemakai laporan karena para pemakai ini berkaitan dengan pengambilan keputusan ekonomi.
Pengungkapan secara sederhana dapat diklasifikasikan sebagai penyampaian informasi (the release of information) (Hadi dan Sabeni, 2002). Berkaitan dengan hal tersebut, laporan keuangan merupakan mekanisme yang sangat penting bagi manajer untuk berkomunikasi dengan investor, kreditur dan pengguna informasi lainnya sejauh mana informasi dapat diperoleh, akan sangat tergantung pada sejauh mana tingkat pengungkapan (disclosure) dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.
Definisi operasional dan pengukuran variabel dependennya yaitu :
1.Laverage
Laverage menggambarkan sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang kepada pihak di luar perusahaan. Penelitian ini menggunakan debt to equity ratio (DER) yang diukur dengan membagi total hutang dengan ekuitas. Skala pengukuran variabel laverage adalah skala ratio. (Simanjutak dan Widiatuti,2004).
Debt to Equity Ratio     =    Total Debt    
                      Total Equity

2.Current Asset Ratio
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki, Current Ratio dapat dihitung dengan rumus :
Current Asset Ratio     =    Aktiva Lancar  
                       Hutang Lancar

3.Return On Asset


Return on assets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dan penggunaan asset. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROA   =   Laba Bersih x 100 %                                                
Total aktiva


4.Return On Equity
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Return on Equity    =     Laba Setelah Pajak      
                                   Ekuitas Pemegang Saham

METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Populasi dalam penelitian ini merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun pemilihan samplingnya didasarkan pada purposive sampling dengan tujuan mendapatkan sample yang reprensentatif sesuai kriteria yang ditetapkan pada penelitian ini, dimana kriterianya adalah perusahaan jasa yang terdaftar di BEI untuk periode laporan keuangan tahun 2009-2011. Adapun prosedur pemilihan sampelnya sebagai berikut :
1.  Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk kategori perusahaan jasa,
2.  Perusahaan terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) dan mempublikasikan laporan keuangan tahunannya secara rutin tahun 2009-2011,
3.  Perusahan jasa yang meliputi sub sector restoran, hotel ,pariwisata, advertising ,printing & media, jasa computer dan perangkatnya, komunikasi. Diambil 30 perusahaan jasa.
Penelitian ini menggunakan sumber data yang berupa data sekunder yakni laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan (diaudit), harga saham penutupan perusahaan, total saham yang tercatat di BEI dan tahun perusahaan tercatat di BEI.
1.      Variabel dependen / variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
2.      Variabel independen / variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a.    Debt to Equity Ratio (DER)  sebagai X1
b.    Current Asset Ratio (CAR) sebagai X2
c.    Return On Asset (ROA) sebagai X3
d.    Return On Equity (ROE) sebagi X4
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya (Margono : 2002 : 67-68). Dalam penelitian ini terdapat beberapa hipotesis yaitu
Ha1 :  terdapat pengaruh signifikan antara Debt to Equity Ratio dengan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
Ha2 : terdapat pengaruh signifikan antara Current Asset Ratio dengan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
Ha3 ; terdapat pengaruh signifikan antara Return On Asset dengan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
Ha4 : terdapat pengaruh signifikan antara Return On Equity dengan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
1.      Hasil Penelitian Hipotesis Pertama
Menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara leverage dengan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, hal ini dibuktikan dengan koefisien regresi sebesar  -1,780 hal ini berarti bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa leverage mempunyai hubungan negative dengan kelengkapan laporan keuangan namun tidak berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan laporan keuangan, yang ditunjukan dengan nilai p 0,724 dengan tingkat signifikasi delta= 5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa informasi mengenai leverage perusahaan yang termuat dalam laporan tahunan idak memberikan makna bagi investor. Hal ini berkaitan dengan dugaan bahwa para investor tidak banyak menaruh perhatian pada informasi dalam laporan tahunan. Dugaan yang lebih kuat terhadap tidak berpengaruhnya leverage terhadap kelengkapan pengungkapan adalah karena adanya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis moneter.
2.      Hasil Penelitian Hipotesis Kedua
Menyatakan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh positif terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitian menunjukkan koefisien regresi sebesar  5,725 dan nilai p 0,033. Hal ini berarti bahwa likuiditas tidak berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, yaitu semakin tinggi likuiditas suatu perusahaan tidak semakin tinggi tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
3.      Hasil Penelitian Hipotesis Ketiga
Menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan, hasil penelitian menunjukkan koefisien regresi 0 dan nilai p 0,833. Hal ini menunjukkan bahwa profittabilitas berhubungan positif dengan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan namun tidak signifikan, yang berarti bahwa profitabilitas tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Pengaruh tidak signifikan dari profitabilitas terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, diduga karena manajemen merasa tidak perlu memberikan pengungkapan tentang keberhasilannya kepada publik, karena hal tersebut tidak mempunyai pengaruh kepada posisinya dan kompensasi yang diperolehnya. Hal ini dapat terjadi karena penentuan posisi dan kompensasi manajemen pada perusahaan publik di Indonesia lebih banyak ditentukan oleh pemegang saham mayoritas yang pada umumnya adalah pendiri perusahaan. Hal lain yang menyebabkan profitabilitas dalam penelitian ini adalah profitabilitas yang informasinya berasal dari laporan keuangan perusahaan, sama dengan informasi lain yang berasal dari laporan tahunan, informasi informasi tersebut diduga kurang mendapat perhatian dari investor sehingga informasi tersebut tidak berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan.
4.      Hasil Penelitian Hipotesis Keempat
Menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan, hasil penelitian menunjukkan koefisien regresi -8,512 dan nilai p 0,751. Hasil tersebut mnunjukkan bahwa return on equity tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hal ini diduga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang tidak stabil sebagai dampak dari krisis moneter, sehingga nilai return on equity yang cenderung naik turun. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Subiyantoro (1996).

KESIMPULAN & SARAN
           Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh debt to equity ratio, current asset ratio, return on asset dan return on equity terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 90 perusahaan selama tahun 2009-201. Teknik analisisis penelitian ini menggunakan regresi linier berganda.
Berdasarkan analisis data dan pembahasan di bab 4 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Berdasarkan analisis regesi berganda dapat diketahui bahwa variabel bebas yaitu Debt to Equity, Current Asset Ratio, Retun on Asset dan Return on Equity secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan yaitu sebesar 5,7% sedangkan 94,3% dipengaruhi oleh factor-faktor lain diluar model.
2.       Berdasarkan analisis regresi linier berganda diatas dapat diketahui bahwa empat variabel independent Debt to Equity, Current Asset Ratio, Retun on Asset dan Return on Equity mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan jasa .
Berdasarkan analisis regresi juga dapat diketahui bahwa empat variabel independent Debt to Equity, Current Asset Ratio, Retun on Asset dan Return on Equity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan jasa.

SARAN :

1.      Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah variabel independen yang sesuai dan signifikan dengan luas pengungkapan pada perusahaan di Indonesia terutama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2.      Untuk memperoleh penelitian yang lebih baik sebaiknya penelitian berikutnya memperluas sampel penelitian dan pengujian pengamatan yang lebih lama sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik.
3.      Agar hasil penelitian bisa mendukung kesimpulan yang lebih akurat maka sampel yang digunakan hendaknya menggunakan periode lebih dari tiga tahun, misalnya lima tahun terakhir.
4.   Penelitian berikutnya dapat menambahkan variabel lain yang berperan dalam mempengaruhi kelengkapan pengungkapan seperti penerbitan sekuritas, kelompok industri.



DAFTAR PUSTAKA

Permana, Lucky, 2007. Study Komparatif Tentang Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan KOPERASI yang Terdaftar di DINKOP dan UKM Kabupaten Semarang Antara tahun 2004 dengan 2005. Skripsi. Jurusan Akuntansi Universitas Negri Semarang.
Sisca, Luck, 2011. Pengujian Hipotesis: Regresi Linier Berganda, Uji T, Uji F dan Uji R Square (Penjelasan Lengkap) (http://carapandangku.blogspot.com/2011/07/pengujian-hipotesis-regresi-linier.html diakses pada 26 juli 2012 pukul 11.15 WIB)
Sisca, Luck, 2011. Uji Asumsi Klasik Dengan SPSS (Panduan Lengkap dan Cara Bacanya) (http://carapandangku.blogspot.com/2011/07/uji-asumsi-klasik-dengan-spss-panduan_04.html diakses pada 26 juli 2012 pukul 13.00)
http://www.idx.co.id/Home/ListedCompanies/ReportDocument/tabid/91/language/id-ID/Default.aspx  diakses 28 juni 2012 pukul 11.34



Selasa, 14 Mei 2013

PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA



Definisi Perubahan Harga

Untuk memahami makna istilah perubahan harga (changing prices). Kita harus membedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya termasuk dalam istilah perubahan harga itu. Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan jasa  dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut sebagai inflasi, sedangkan penurunan harga disebut sebagai deflasi

Infalsi telah menjadi fakta yang penting dan ttap di hampir semua Negara di dunia. Perubahan nilai mata uang moneter benar-benar diakui para akuntan dewasa ini, tetapi terdapat pertentangan mengenai cara teoritis dan praktis untuk menyesuaikannya. Di Amerika Serikat, FASB Statement No. 33 mengharuskan pengungkapan khusus oleh perusahaan-perusahaan besar tertentu, tetapi tidak merinci kaitan pengungkapan ini dengan laporan keuangan utama. Unit moneter yang tidak stabil adalah suatu kendala pengukuran dalam pendekatan induktif-deduktif terhadap teori akuntansi.

Apabila pengukuran keuangan didasarkan pada harga-harga historis atau apabila perbandingan terdiri dari agregat harga selama tahun-tahun yang berbeda, maka hubungan yang dianggap biasa di dalam laporan keuangan telah berubah. Upaya mengatasi kendala ini telah melahirkan usul-usul untuk memodifikasi atau merumuskan kembali pengukuran akuntansi tradisional. Pada umumnya pendekatan ini lebih dapat diterima oleh profesi akuntansi ketimbang pendekatan radikal yang akan menetapkan struktur akuntansi baru guna menghindari perbandingan dan penjumlahan harga (agregationns of price) dari tahun-tahun yang berbeda.

Daftar istilah Akutansi Inflasi

Atribut. Karakteristik kuantitatif suatu pos  yang diukur untuk keperluan akutansi. Contoh: biaya histories atau biaya penggantian merupaka atribut suatu aktiva

Penyesuaian biaya kini. Nilai penyesuaian aktiva untuk perubahan  dalam harga tertentu

Kekayaan yang dapat dihapuskan. Jumlah aktiva bersih suatu perusahaan yang dapat ditarik tanpa mengurangi besar awalnya aktiva bersih

Mekanisme Penyesuaian. Manfaat berupa keuntungan daya beli pemegang saham yang berasal dari pendanaan utang dan pertanda bahwa perusahaan tidak perlu mengakui tambahan biaya pengganti atas aktiva operasi sehubungan dengan aktiva tersebut didanai melalui utang

Ekuivalen Daya Beli Umum. Jumlah mata uang yang telah disesuaikan terhadap perubahan dalam tingkat harga umum

Keuntungan kepemilikan suatu investasi. Kenaikan nilai biaya kini  suatu aktiva nonmoneter

Hiperinflasi. Laju inflasi yang sangat besar terjadi pada saat tingkat harga umum dalam suatu perekonomian meningkat sebesar lebih dari 25%  pertahun

Inflasi. Kenaikan dalam tingkat harga umum seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian

Aktiva moneter. Klaim terhadap jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti kas atau piutang usaha

Keuntungan Moneter. Kenaikan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya kewajiban moneter selama periode inflasi

Kewajiban moneter. Suatu kewajiban untuk membayar jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti utang usaha atau uang dengan suku bunga yang tetap

Kerugian Moneter. Penurunan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya kativa moneter selama periode inflasi

Penyesuian Modal Kerja Moneter. Pengaruh perubahan harga khusus  terhadap seluruh jumlah modal kerja yang digunakan oleh sutu usaha dalam menjalankan operasinya

Jumlah Nominal. Jumlah  mata uang yang belum disesuaikan dengan perubahan harga

Aktiva Nonmoneter. Aktiva yang tidak menunjukkan adanya klaim tetap terhadap kas seperti persediaan, aktiva tetap, dan peralatan

Kewajiban Nonmoneter. Suatu utang yang tidak mengharuskan pembayaran jumlah kas yang tetap dimasa depan, seperti uang muka pelanggan

Penyesuian Paritas. Suatu penyesuian yang mencerminkan perbedaan antara inflasi di Negara induk perusahaan dan Negara tuan rumah

Aktiva permanent. Istilah di Brasil untuk aktiva tetap, gedung, investsai, beban tangguhan, dan depresiasi terkait   serta jumlah deplesi atau amortisasi

Indeks Hraga. Suatu rasio biaya dimana pembilang/numeratornya adalah biaya dari suatu keranjang barang dan jasa yang representatif dalam tahun berjalan, sedangkan penyebutnya adalah biaya dari keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar

Daya Beli. Kemampuan umum dari suatu unit moneter untuk memeperoleh barang dan jasa

Laba Riil. Laba bersih yang telah disesuaikan untuk perubahan harga

Biaya penggantian. Biaya kini untuk mengganti potensi jasa suatu aktiva dalam keadaan normal usaha

Mata uang pelaporan. Mata uang yang digunakan suatu perusahaan dalam menyusun laporan keuangan

Metode nyatakan kembali-translasikan. Digunakan pada saat suatu induk  perusahaan mengkonsolidasikan akun-akun anak perusahaan luar negeri yang berlokasi disebuah lingkungan berinflasi

Perubahan Harga Khusus. Perubahan dalam harga untuk komoditas khusus seperti persediaan atau peralatan

Metode translasikan-nyatakan kembali. Suatu metode konsolidasi pertama-tama dengan mentranlasikan akun-akun laporan keuangan anak perusahaan luar negeri kedalam mata uang induk perusahaan dan kemudian dinyatakan kembali jumlah yang ditanslasikan terhadap inflasi induk perusahaan

Mengapa Laporan Keuangan memiliki potensi untuk menyesatkan selama periode perubahan harga?

Dari sudut pandang manajemen, ketidakakuratan pengukuran ini mendistrosi
o    Proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu histories
o    Anggrana yang menjadi dasar pengukuran kinerja
o    Data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan

Laba yang dinilai lebih pada gilirannya akan menyebabkan :
o    Kenaikan dalam proporsi pajak
o    Permintaan dividen lebih banyak dari pemgang saham
o    Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari para pekerja
o    Tindakan yang merugikan dari Negara tuan rumah (seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar)

Dalam periode inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum yang lebih rendah (yaitu daya beli periode kini), yang kemudian diterapkan terhadap beban terkait. Prosedur akuntansi yang konvesional juga mengabaikan keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (ekuivalennya) selama periode inflasi.

Oleh karena itu, mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit berguna dilakukan  karena beberapa alasan :
   Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi sutu perusahaan
   Mengelola masalah yang ditimbulkan oleh perubahan harga bergantung pada pemahaman yang akurat atas masalah tersebut
   Laporan dari para manager mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan  harga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan yang membahas masalah-masalah tersebut.

Meskipun inflasi  melambat, akutansi perubahan harga tetap berguna  karena  efek kumulatif inflasi yang rendah dalam beberapa waktu dapat menjadi signifikan

Jenis Penyesuaian Inflasi
Akutansi untuk pengaruh laporan keuangan atas perubahntingkat harga umum disebut sebagai model daya beli konstan biaya histories. Akutansi untuk perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya kini

Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum (daya beli) disebut sebagai mata uang konstan biaya histories  atau ekuivalen daya beli umum

Indeks Harga
Perubahan tingkat harga umum diukur dengan indeks tingkat harga

Penggunaan Indeks Harga
Angka indeks harga digunakan untuk mentranslasikan jumlah uang yang dibayarkan selama periode terdahulu menjadi ekuivalen daya beli pada akhir periode (yaitu daya beli konstan biaya histories)

Obyek Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Darimana datangnya kerugian moneter?
Selama inflasi, perusahaan akan mengalami perubahan kekayaan yang tidak berkaitan dengan kegiatan operasionalnya. Perubahan ini muncul dari aktiva atau kewajiban moneter, klain terhadap atau kewajiban untuk m embayarkanmata uang dengan jumlah yang tetap dimasa depan. Aktiva moneter mencakup kas dan piutang usaha, yang umumnya akan kehilangna daya beli selama periode inflasi. Kewajiban moneter mencakup kebanyakan utang, yang umumnya akan menimbulkan keuntungandaya beli selama inflasi

Pernyataan di Meksiko mengenai akuntansi inflasi B-10 konsisten dengan daya beli konstan harga historis.
Ketentuan Laporan Neraca menurut B10 

Persediaan                                           è Harus disajikan ulang dengan menggunakan
Aktiva tetap                                             indeks harga umum.

Aktiva non moneter lainnya                     Pengakuan kenaikan atas nilai aktiva non
Akumulasi depresiasi                              moneter diungkapkan dalam ekuitas pemegang saham
Beban depresiasi        
Harga pokok penjualan



Keuntungan /kerugian moneter           è Dihitung dengan menggunakan indeks harga atas posisi                                                                             moneter bersih (aktiva moneter–kewajiban  moneter)
     dihitung dalam laporan rugi laba


Penyajian ulang mata uang                 è Aturan B-12 mewajibkan seluruh laporan
dengan nilai konstan                                keuangan yang disajikan ulang dalam daya                                                                                                 beli umum  pada tanggal penyajian laporan neraca.

Penyesuian  Biaya Kini.
Model biaya kini berbeda dengan akutansi  yang  konvensional dalam dua aspek utama. Pertama, aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini dan bukan biaya histories. Kedua, laba adalah jumlah sumber daya yang  dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode (tanpa memperhitungkan komponen pajak), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau modal fisik perusahaan.

Metode mana yang terbaik ?
Penyesuian biaya kini berpendapat bahwa usha tidak dipengaruhi oleh inflasi umum, tetapi lebih dipengaruhi oleh kenaikan biaya opersai  khusus dan pengeluaran aktiva tetap.

Group Modelo diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan , yang disajikan ulang sebagai berikut :

   Persediaan
Pos-pos ini dinilai berdasarkan metode masuk terakhir, keluar pertama dan disajikan ulang dengan menggunakan metode biaya penggantian atau manufaktur

   Harga Pokok Penjualan
Penyajian ulang akun ini dinilai berdasrkan nilai persediaan yang dinyatakan ulang


   Aktiva Tetap
Pos-pos ini dicatat berdasrkan biaya akusisi, dan disajikan ulang dengan menggunakan factor inflasi  yang diperoleh dari Nasional Consumer Price Indeks / Indeks Harga Konsumen Umum, sehingga menjadi nilai penggantian  bersih yang ditentukan oleh penilai ahli independent pada tanggal 31 Des 20X2, dan sesuai dengan tanggal akusisi apabila pembelian dilakukan setelah tanggal tersebut

   Depresiasi
Pos ini dihitung berdasarkan nilai penyajian ulang aktiva tetap, yang dipertimbangkan sebagai dasar, perkiraan masa manfaat ditentukan oleh penilai independent

   Penyajian ulang ekuitas pemegang saham
Akun ini disajikan ulang dengan menggunakan factor inflasi yang diperoleh dari NCPI, menurut umur atau tanggal kontribusinya.

   Ketidakcukupan dalam penyajian ulang ekuitas pemegang saham
Saldo akun ini disajikan dengan penjumlahanaljabar dari pos hasil dari kepemilikan  aktiva nonmoneter dan akumulasi hasil moneter ekuitas

   Hasil dari kepemilikan aktiva nonmoneter
Pos ini menunjukkan perubahan dalam nilai aktiva nonmoneter yang disebabkan oleh hal selain inflasi

   Akumulasi hasil moneter ekuitas
Pos ini merupakn hasil yang berawal dari penyajian awal angka-angka laporan keuangan

Sudut Pandang Internasional terhadap Akutansi Inflasi

AMERIKA SERIKAT
Pada tahun  1979, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akutansi Keuangan  No 33 berjudul Pelaporan Keuangan dan Perubahan harga, pernyataan ini  mengharuskan perusahaan-perusahaan AS mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan biaya histories dan daya beli konstan kini.
Perusahan pelapor didorong untuk mengungkapkan informasi berikut untuk masing-masing dari 5 tahun terakhir :
   Penjualan bersih dan pendapatan opersai lainnya
   Laba dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini
   Keuntungan atau kerugian daya beli (moneter) atas pos-pos moneter bersih
   Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan (yaitu jumlah kas bersih yang diperkirakan akan dapat dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan) yang lebih rendah dari persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inflasi (perubahan tingkat harga umum)
   Setiap agregat penyesuaian translasi mata uang aing, berdasrkan biaya kini, yang timbul dari proses konsolidasi
   Aktiva bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya kini
   Laba persaham (dari opersai berjalan) menurut dasar biaya kini
   Deviden persaham biasa
   Harga pasar akhir tahun perlembar saham biasa
   Tingkat Indeks Harga Konsumen yang digunakan untuk mengukur laba dari operasi berjalan



Metodologi Penyajian Ulang untuk Operasi Luar Negeri



INGGRIS
Laporan biaya kini di Inggris  mewajibkanbaik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan. Standar di Inggris memeperbolehkan 3 pilihan pelaporan :
   Menyajikan akun0akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis
   Menyajikan akun-akun biaya histories sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini
   Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai sati-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai
Dalam perlakuan keuntungan dan kerugian terkait dengan pos-pos moneter SSAP 16 mengharuskan dua angka, yang keduanya mencerminkan pengaruh perubahan harga spesifik, yaitu :
Ø  Penyesuaian modal kerja moneter (Monetary Working Capital Adjustment-MWCA), mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap total jumlah modal kerja yang digunakan oleh perusahaan dalam operasainya.
Ø  Mekanisme penyesuaian, memungkinkan pengaruh perubahan harga spesifik terhadap aktiva non moneter perusahaan (seperti depresiasi, harga pokok penjualan, dan modal kerja moneter). Mekanisme penyesuaian mengakui bahwa laporan laba rugi tidak memerlukan biaya penggantian tambahan aktiva operasi sejauh aktiva tersebut didanai melalui utang

BRASIL
Akutansi inflasi yang direkomen dasikan  di Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok pilihan pelaporan, hukum perusahaan Brasil dan Komisi Pengawas Pasar Modal Brasil. Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanent dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh Pemerintah Federal untuk mengukur devaluasi mata uang local. Aktiva permanent meliputi aktiva tetap, gedung, investsai, beban tangguhan dan depresiasi terkait, serta kaun-akun amortisasi atau deplesi (termasuk setiap provisi kerugian yang terkait). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan, cadangan revaluasi, laba ditahan, dan akun cadangan  modal yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal.

Komisi Pengawas Pasar Modal Brasil, mewajibkan metode akuntansi untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di depan publik harus mengukur ulang seluruh transaksi yang terjadi dalam suatu periode dengan menggunakan mata uang fungsionalnya. Pada akhir periode, indeks tingkat harga umum yang berlaku mengubah unit daya beli umum menjadi unit mata uang lokal nominal. Juga :
n  Persediaan dikategorikan sebagai aktiva non moneter dan diukur ulang dengan menggunakan mata uang fungsional
n  Pos-pos moneter yang tidak dikenakan bunga dengan masa jatuh tempo yang melebihi 90 hari didiskontokan menjadi nilai kini untuk mengalokasikan keuntungan dan kerugian inflasi yang terjadi ke dalam periode akuntansi yang memadai
n  Penyesuaian neraca direklasifikasikan juga ke dalam pos-pos terkait dalam laporan laba rugi
  
Badan Standar Akutansi Internasional
IAS 29 Pelaporan keuangan dalam Perekonomian Hiperin flasi mewajibkan (dan bukan hanya merekomendasikan) penyajian ulang informasi laporan keuangan utama. Secara khusus, laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang perekonomian hiperinflasi, apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya histories atau biaya kini, hatus disajikan ulang sesuai de ngan daya beli konstan pada tanggal neraca

Isu-isu mengenai inflasi
Terdapat 4 isu akutansi inflasi yang cukup menganggu. Keemapat isu itu adalah :
   Apakah dolar konstan atau biaya kini yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi
   Perlakuan akutansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi
   Akutansi inflasi luar negeri
   Menghin dari  fenomena kejatuhan ganda

Keuntungan dan Kerugian Inflasi
Keuntungan atu kerugian pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar kon stan, saldo awal dan akhit, serta transaksi dalam, seluruh  aktiva dan kewajiban moneter (termasuk utang jangka panjang), angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah.

Di Inggris , keuntungan dan kerugian pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan mekanisme penyesuaian. Kedua angka tersebut ditentukan melalui perubahan harga khusus. Mekanisme penyesuaian mengindikasikan manfaat (atau biaya) kepada para pemegang saham yang berasal dari pembiayaan utama selama suatu periode perubahan harga. Angka-angka ini ditambahkan atas (dikurangi dari) laba operasi biaya kini untuk menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat dihapuskan,yang disebut sebagai “Laba Biaya Kini Teratribusi Kepada Pemegang Saham”.

Tujuan akuntansi inflasi adalah untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dan memungkinkan setiap orang yang tertarik untuk mengukur jumlah,waktu,dan kemungkinan arus kas masa depan. Suatu perusahaan dapat mengukur penguasaannya terhadap barang dan jasa tertentu dengan menggunakan indeks untuk mengukur keruntungan dan kerugian moneter.


Keuntungan dan Kerugian Kepemilikan
Akutansi untuk biaya kini membagi total laba menjadi 2 bagian :
   Laba opersai (perbedaan anatara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi)
   Keuntungan yang belum direalisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva nonmoneter dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi

Kenaikan dalam biaya penggantian aktiva operasi (yaitu proyeksi arus kas keluar yang lebih tinggi untuk mengganti peralatan) bukanlah suatu keuntungan,baik itu direalisasi atau tidak. Apabila laba berbasis biaya kini mengukur perkiraan kekayaan perusahaan yang dapat digunakan,maka perubahan biaya kini persediaan,aktiva tetap dan aktiva operasi lainnya merupakan revaluasi ekuitas pemilik,yang adalah bagian dari laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk mempertahankan modal fisiknya (kapasitas produktifnya).

Aktiva yang dimiliki untuk spekulasi, seperti lahan kosong atau surat berharga yang dapat dipasarkan,tidak perlu diganti untuk mempertahankan kapasitas produktif. Dengan demikian, jika penyesuaian biaya kini mencakup pos-pos ini,kenaikan atau penurunan ekuivalen biaya (nilai) kininya (hingga sebesar nilai yang dapat direalisasikan) harus dinyatakan langsung dalam laba.

Akutansi untuk inflasi di luar negeri
Di Amerika Serikat, FASB berupaya untuk membahas masalah inflasi dengan mewajibkan  perusahaan pelapor yang besar untuk melakukan eksperimen dengan pengungkapan daya beli konstan biaya histories dan pengungkapan biaya kini. Oleh karena itu, investor memerlukan laporan keunagan yang disesuaikan dengan tingkat harga spesifik dan bukan tingkat harga umum, karena penyesuaian tingkat harga spesifik (model biaya kini yang kita gunakan) menentukan jumlah maksimum yang dapat dibayarkan oleh perusahaan sebagai dividen (kekayaan yang dapat dibagikan) tanpa mengurangi kapasitas produktifnya.  Model biaya histories tetap saja adalah model biaya historis.

Prosedur  penyesuaian tingkat harga lebih disukai berikut ini :
   Sajikan ulang laporan keuangan seluruh anak perusahaan, baik domestic secara spesifik maupun asing, dan laporan induk perusahaan untuk mencerminkan perubahan dalam harga spesifik  (sebagai contoh biaya kini)
   Translasikan akun-akun seluruh anak perusahaan diluar negeri kedalam nilai ekuivalen mata uang domestic dengan menggunakan suatu nilai konstan (yaitu kurs valuta saing pada tahaun dasar atau tahun sekarang)
   Gunakanlah indeks harga spesifik yang relevan dengan apa yang dikonsumsi oleh perusahaan dalam menghitung keuntungan atau kerugian moneter.

Menghindari Kejatuhan Ganda
Pada saat menyajikan ulang akun-akun luar negeri terhadap inflasi di luar negeri, seseorang harus berhati-hati untuk menghindari apa yang disebut sebagai kejatuhan ganda. Masalah ini muncul karena inflasi local langsung berpenangruh terhadap kurs yang digunakan dalam translasi.

Penyesuaian inflasi terhadap harga pokok penjualan atau beban depresiasi dimaksudkan untuk mengurangi basarnya laba “sebagaimana yang dilaporkan” untuk menghindari penilaian lebih laba bersih. Namun demikian,karena pengaruh hubungan terbalik antara inflasi lokal dan nilai mata uang,perubahan kurs valuta asing di antara laporan keuangan yang berurutan,yang umumnya disebabkan oleh inflasi, menyebabkan timbulnya sebagian pengaruh inflasi terhadap hasil operasi perusahaan “sebagaimana yang dilaporkan”. Untuk menghindari proses penyesuaian terhadap pengaruh inflsi sebanyak dua kali, penyesuaian inflasi harus memperhitungkan kerugian translasi yang sudah tercermin dalam hasil “sebagaimana yang dilaporkan” dari suatu perusahaan.



DAFTAR PUSTAKA